Latest Posts :
Home » , » Cermin ... Cermin di Komik, Tunjukkanlah Siapa Aku!

Cermin ... Cermin di Komik, Tunjukkanlah Siapa Aku!

{[['']]}
Oleh : Berny Julianto

Ketika sedang ramai-ramainya film Jurassic Park sehingga mencapai dua kali dibuat sekuelnya banyak produk-produk yang berkenaan dengan dinosaurus bermunculan. Film-film yang lebih bersifat ilmiah tak luput dari pengamatan saya. Terasa ada bedanya antara film-film seperti Jurassic Park dengan film-lm semacam Walking with Dinosaur. Suasana mencekam sama sekali berkurang pada film-film non fiksi ini. Saya renungkan apa bedanya. Saya menyimpulkan yaitu kehadiran figur-figur manusia di Jurassic Park. Manusia modern. Tokoh-tokoh manusia mewakili diri kita sebagai manusia. Kita mengidentifikasikan diri sebagai tokoh-tokoh itu sewaktu menontonnya. Dinosaurus-dinosaurus yang menjadi mangsa T-rex di Walking with Dinosaur sama sekali bukan cerminan diri kita. Kita suka bercermin padam segala macam yang kita saksikan, baca dan dengar.

Saat ngobrol dengan Alfie Zachyelle pada event Cergamboree Maret tahun lalu, teman komikus ini cerita tentang seorang fans-nya yang ternyata menyukai ”Mantra Prawitra”; sebuah komik karyanya. Alasan utamanya adalah gue banget. Ibu mertua saya sangat gemar nonton serial ”Oshin” di televisi, juga segala bacaan mengenai kisah nyata tokoh-tokoh wanita. Memang yang saya saksikan dalam keseharian cerminan itu yang terwujud dalam dirinya. Ketika anak-anak kecil menirukan gaya Power Ranger dari televisi, orang-orang asyik mengikuti serial sinetron sambil memaki-maki tokoh-tokoh antagonisnya, optimisme setelah membaca atau menonton Laskar Pelangi bagaikan memandang diri kita di depan cermin. Apa yang terlihat itulah cara kita memandang. Bisa cermin normal sehingga jadi gue banget atau cermin cembung atau cekung yang membuat kita lebih langsing atau lebih gendut.

Bercermin pada media tontonan atau bacaan adalah salah satu kecenderungan yang bila secara jeli diperhatikan maka bisa dipakai untuk meningkatkan minat masyarakat untuk menonton atau membaca. Juga bisa untuk melakukan perubahan atau pengarahan pola pikir. Singkat katanya, cuci otak. Bisa dalam arti positif atau negatif. Tergantung dari sudut mana dilihat.

Komik-komik hero mempunyai rentang sifat-sifat karakter yang mewakili para pembaca Superman yang naif dan idealistik, Batman yang keras kepala, Spider-Man yang sering mengalami kesulitan ekonomi, Wolverine yang berangasan. Remaja putri menyukai Candy-Candy, Sailor Moon sambil melihat diri mereka di sana.

Untuk konteks pembuatan komik–cerita maupun desain karakter-konsep bercerminnya pembaca bisa menjadi salah satu resep yang bisa dipertimbangkan penulis atau pencipta komik. Pembaca bisa jadi seide dengan penulis sehingga tergila-gila dengan cerita dan tokohnya. Bisa juga mereka menjadi tercerahkan atau terpengaruh menjadi sejalan atau secorak dalam cara berpikirnya. Ibarat pemilu semakin banyak penggemar komik tertentu berarti semakin banyak orang yang seide, gue banget, melihat bayangan cermin dirinya dalam komik itu. Juga semakin banyak orang yang menerima ide-ide yang dikampanyekan tokoh-tokoh dalam komik itu. Maka menyebarlah ”Wolverinisme”, ”Harry Potterisme” atau ”Semangat Laskar Pelangi”. Komik bersama media bacaan maupun tontonan lainnya sebaiknya menjadi salah satu obat untuk menyehatkan masyarakat. Tetapi ingat; seringkali obat bila digunakan secara salah berbalik menjadi racun yang tak jarang mematikan.

Ada perkataan yang saya pernah dengar yang mengatakan seseorang itu adalah apa yang dibacanya sewaktu kecil. Seseorang itu adalah komik apa yang dibaca sewaktu anak-anak. Seseorang itu adalah pahlawan-pahlawan yang mengisi ruang kosong dalam memori bocahnya. Bayangan pahlawan-pahlawan itu - real maupun fiksi - menggali parit-parit pola pikirnya. Menjadi gambaran cita-citanya.

Peristiwa-peristiwa yang berbekas mendalam di perjalan hidup-kadang melankolis kadang getir dan menorehkan codet di hati - membentuk seseorang dan pandangan-pandangannya. Juga caranya bercermin. Pernahkah terpikir ketika menonton Darknight bukannya Batman yang menjadi diri kita? Cara berpikir anarkis, kebencian dan kesinisan The Joker tiba-tiba menjadi bayangan cermin yang sesuai dihadapan kita yang frustasi akan kegetiran hidup. Ketika permasalahan-permasalahan muncul untuk dipecahkan kita menyelesaikan dengan cara kita. Menurut siapa diri kita. Kita adalah cerminan itu. Ketika bertanya kepada cermin ”Cermin...cermin siapakah aku”....”Kau adalah The Joker...Prince of Chaos...” (nps/bj)

Share this article :

Posting Komentar


Mana yang lebih Anda sukai dalam membaca komik:

Komik NPC bisa diperoleh di:

  • Berny Julianto - 0856 4533 2497

  • Fandy Ragil - 0813 5788 4249 (Balon-Kata Comic Mart)

  • Toko Maya (Pertokoan Cipulir Baru, Lt Dasar Kios No.3, Jl, Cileduk Raya No.2, Pesanggrahan, Ulujami, Jakarta Selatan 12250, Telp/Fax : 021 735 2346) kontak: Muhammad Tauhid : 0888-0976-0000,(021) 91616183,(021) 7352346

NPC Facebook Page

NPC - Unite!

NPC - Unite!

NPC Catalogue

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Neo Paradigm Studio - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger